Di perpustakaan ku duduk terdiam dalam lamunanku saat ingat pagi tadi berangkat ke sekolah, lalu ku mencoba mengingat apakah ada PR untuk hari ini yang membuat serasa lama sekali di dalam Angkot C01. Dengan cepatnya Dina sahabatku membuyarkan lamunanku "Hei! Bengong aja, mikirin apaan sih kamu ini?! Niiih, aku dah selesaiin PR matematika dari hal 35 - 37 BAB 5", sambil menyodorkan buku PR ke arahku. "Makasih cinta, kamu baiiik banget, yuk balik ke kelas", ucapku. "Tunggu Anggiii..." teriak Dina kepadaku.
"Siapa cepat dia dapat bangku paling depan, asiiiik... bisa lihat pak Daniel yang keren itu" teriakku sambil menuju tempat yang ku inginkan.
Teeeeettttt....
Bel sudah berbunyi dan tak lama pak Daniel pun setelah menaruh tasnya di kursi, lalu dengan cepat mengambil posisi di depan. "Ayo, kalian yang sudah menyelesaikan PR harap mengumpulkan di meja, siapa yang sudah?". Dengan energi yang tersisa pagi ini, aku pun mengumpulkannya, lalu pak Daniel menanyakanku, "PR kamu sudah selesai Anggi...?", "sudah pak" sahutku, sabar banget nih guru , ucapku dalam hati. "Bagus Anggi, kamu memang pintar. Baik, sekarang catat PR selanjutnya ya! Coba lihat halaman 39 - 42 BAB 6". Aku menghampiri pak Daniel lagi, "pak, kami ingin les dengan bapak, apakah bapak bisa membantu saya dan Dina kapan bapak bisanya" tanyaku. "Tidak apa - apa kalau kalian mau ke rumah untuk belajar, di rumah ada ibu saya kok, nanti kalian ku kenalkan, jangan sungkan - sungkan ya"
Pelajaran demi pelajaran berlalu, jam 3 sore sudah waktunya pulang. Di jalan waktu memberhentikan angkot memang sudah sepi, tidak ada penumpang lainnya. Tidak jauh berapa meter angkot tersebut berganti supir dengan membekali uang Rp. 30.000,- supir yang pertama turun dari Angkot. Tidak lama, supir angkot yang ke dua ini pun berbelok arah dan memberhentikan mikrolet, kenapa nih si mobil, pake berenti segala, ucapku dalam hati. Dengan cepatnya supir angkot malah ingin masuk dan dengan cepat dia mencekikku, seketika itu aku berteriak sekencang - kencangnya "Tolooooooongggg!!!!!", tiba - tiba ada pak Daniel yang turun dari motor dengan cepatnya menolongku, tapi dengan kelihaian supir angkot itupun keluar dari mikrolet berusaha melawan pak Daniel, saat mereka berkelahi aku segera menghubungi Dina untuk segera lapor ke polisi "Din, Dina,,, Din,,, tolongin aku sama pak Daniel di sini, cepetan panggilin polisi ke warung sate dengan belokan, cepetan Din, cepeetan ya!!!". 2 menit kemudian terdengar suara sirene polisi dan dengan cepatnya supir angkot itu mengeluarkan pisau lipat tanpa sepengetahuan kami, dan menusuk perut pak Daniel. "YA ALLAH, PAK DANIEEELLL...!!! teriakku. Dua orang polisi langsung mengejar dan dalam waktu singkat mereka menangkap supir itu.
Di ruang ICU...
"Pak Daniel, hiks, hiks..." ucapku lirih. "Sabar Anggi, pak Daniel lagi dalam pertolongan medis" Dina menenangkanku.
Sesaat kemudian suster mengabari kalau pak Daniel tidak selamat. "Maaf, ada dari pihak keluarga?", "Iya, tadi sudah dihubungi masih di jalan, saya muridnya sus, bagaimana keadaan pak Daniel". "Pak Daniel tidak selamat, ia meninggal saat dalam pertolongan tadi karena luka tusuknya yang terlalu dalam", seketika itu tangisanku tak dapat terbendung, rasanya sedih karena kepergiannya yang sangat cepat apalagi karena menolongku tadi.
"Maaf mba Anggi, pelaku tadi sudah kami mintai keterangan, mba juga harus segera memberikan penjelasan untuk kami telusuri kejahatan ini dan saya turut berbelasungkawa atas meninggalnya guru mba Anggi" ucap salah satu polisi. "Iya pak, saya bersedia memberikan keterangan".
"Ternyata, kita ngga' bisa ke rumah pak Daniel untuk belajar ya Din?! Kita ke rumahnya untuk ta'ziah" obrolanku dengan Dina.
- Cerpen -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar